Selasa, 18 Juni 2013

Teknologi Bahan Konstruksi



Teknologi Bahan Konstruksi
A.   Beton
1.      Semen Portland
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Jenis semen
No.SNI
Nama
SNI 15-0129-2004
Semen portland putih
SNI 15-0302-2004
Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
SNI 15-2049-2004
Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
SNI 15-3500-2004
Semen portland campur
SNI 15-3758-2004
Semen masonry
SNI 15-7064-2004
Semen portland komposit

Kandungan kimia Dalam Semen
ü  Trikalsium silikat
ü  Dikalsium silikat
ü  Trikalsium aluminat
ü  Tetrakalsium aluminofe
ü  Gipsum
Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.
Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.
Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak diperkuat.

2.      Agregat Halus / Pasir
Pasir adalah bahan batuan halus, terdiri dari butiran dengan ukuran
0,14-5 mm, didapat dari basil desintegrasi batuan alam (natural sand)
atau dengan memecah (artificial sand).Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton, maka agregat halus harus diperiksa secara lapangan. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan agregat halus di lapangan adalah;

a.     Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Butir agregat
halus harus bersifat kekal, arlinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca.
b.     Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur
melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci.
c.     Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu
banyak, hal tersebut dapat diamati dari warna agregat halus.
d.     Agregat yang berasal dari laut tidak boleh digunakan sebagai agregat
halus untuk semua adukan spesi dan beton.
3.      Agregat Kasar / Kerikil
Kerikil (bahasa Inggris: gravel) ialah bebatuan kecil, biasanya batu granit yang dipecahkan. Ukuran kerikil yang selalu digunakan ialah antara 2 mm dan 75 mm. Kerikil sering digunakan dalam pembangunan badan jalan, dan sebagai batu campuran untuk memproduksi bata.
lmu teknologi bahan mengklasifikasikan agregat kasar dan halus berdasarkan ukuran butirnya. Untuk agregat kasar (selanjutnya disebut ‘agregat’ saja) ukuran butirnya diatas 4,75 mm sedangkan agregat halus dibawah nilai tersebut. Fisik agregat yang baik untuk beton dapat dibagi menjadi beberapa kriteria.
ü  Berbentuk Kebulatan atau Hampir Bulat
Agregat dengan butir-butir bulat umumnya lebih baik daripada agregat dengan butir-butir yang berbentuk pipih atau panjang. Hal ini dikarenakan butir-butir bulat menghasilkan tumpukan butir yang yang erat jika dikonsolidasikan, sehingga hanya membutuhkan pasta semen yang sedikit dengan kemudahan pengerjaan yang sama.
ü  Tekstur Permukaan Kasar
Tekstur yang kasar mungkin akan mengurangi derajat kemudahan pengerjaan. Namun, tekstur kasar pada agregat dapat meningkatkan rekatan agregat-semen sampai 1,75 kali dan meningkatkan kuat tekan beton hingga 20 persen.
ü  Berat Jenis Ringan
Agregat dengan berat jenis yang rendah biasa disebut dengan agregat ringan. Agregat ringan mempunyai berat jenis dibawah 2,0. biasanya dipakai untuk beton non-struktural. Akan tetapi agregat ini juga bisa digunakan sebagai beton struktural dengan beberapa perlakuan khusus. Struktur yang menggunakan agregat ringan akan mengurangi berat struktur tersebut sehingga membutuhkan dimensi fondasi yang lebih kecil.
ü  Ukuran Butir Maksimal
Adukan beton dengan kemudahan pengerjaan dan rencana kekuatan yang sama, akan membutuhkan jumlah semen yang lebih sedikit dengan ukuran butir agregat yang besar-besar. Semakin sedikit semen, maka beton akan semakin hemat dan dapat mengurangi dampak panas hidrasi yang menyebabkan beton menjadi retak akibat kembang susutnya. Namun, tetap penggunaan agregat terdapat batasan ukuran butir maksimal. Hal ini dapat dilihat di berbagai referensi.

4.      Perencanaan Adukan Beton
Perancangan adukan beton cara Inggris (“The British Mix Design Method”) ini tercantum dalam “Design of Normal Concrete Mixes” telah menggantikan cara “Road Note No. 4” sejak tahun 1975. Di Indonesia cara ini dikenal dengan cara DOE (“Department of Environment”). Perencanaan dengan cara DOE ini dipakai sebagai standar perencanaan oleh Departemen Pekerjaan Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku Standar No. SK. SNI.T-15-1990-03 dengan judul buku “Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”. Dalam perencanaan cara ini digunakan tabel-tabel dan grafik-grafik.
Langkah-langkah pokok cara ini adalah :
ü  Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c’).
Kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia, yang dimaksudkan dengan kuat tekan beton yang disyaratkan ialah kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya sebesar 5% saja.
ü   Penetapan nilai deviasi standar (s).
Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan pencampuran betonnya. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi standarnya. Penetapan nilai deviasi standar s ini berdasarkan pada hasil pengalaman praktek pelaksana pada waktu yang lalu, untuk pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan bahan dasar yang sama pula.

5.      Pengolahan Beton
Pengolahan beton adalah proses pembuatan beton yang meliputi pencampuran atau pengadukan bahan, pengangkutan adukan beton, penuangan adukan beton, pemadatan adukan beton, perataan permukaan, perawatan beton. Merupakan proses pencampuran bahan-bahan dasar beton dengan perbandingan tertentu yang terdiri dari semen dan air (pasta), agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil).

Pengangkutan adukan beton
ü  Adukan beton harus segera diangkut ke tempat penuangan sebelum semen berhidrasi (bereaksi dengan air)
ü  Selama pengangkutan dijaga supaya tidak terjadi segregasi
ü  Alat pengangkut adukan misalnya : ember, gerobak dorong, truk aduk beton, ban berjalan, pompa.
ü  Bila jarak cukup jauh dilakukan dengan truk aduk beton (truk molen)
ü  Pengangkutan dengan pompa bila tempat penuangan cukup tinggi
ü  Pengangkutan dengan crane sering digunakan pada gedung bertingkat banyak.
Penuangan adukan beton
ü  Setelah penuangan beton harus segera dipadatkan sebelum semen dan air bereaksi.
ü  Permukaan cetakan diolesi dengan minyak
ü  Adukan dituang terus menerus
ü  Selama penuangan posisi cetakan dijaga agar tidak berubah
ü  Tinggi jatuh tidak lebih dari 1 meter, agar tidak segregasi
ü  Pengecoran tidak dilakukan pada waktu turun hujan
ü  Beton dijaga supaya tidak diinjak

Perawatan beton
Perawatan beton supaya proses hidrasi semen (reaksi semen dan air) berlangsung dengan sempurna, caranya yaitu dengan menjaga agar permukaan beton segar selalu lembab sampai proses hidrasi cukup sempurna (kira kira 28 hari)
Bila tidak dijaga pada kondisi lembab maka terjadi penguapan air dari permukaan beton segar sehingga air dalam beton mengalir keluar dan beton kekurangan air untuk hidrasi, sehingga dapat terjadi retak retak pada permukaan beton.
Bila beton berukuran kecil (silinder beton, genteng beton) maka perawatan dengan cara :
ü  Menaruh dalam ruang lembab
ü  Menaruh di atas genangan air
ü  Menaruh di dalam air
Bila beton berukuran besar (kolom, balok, plat lantai) maka perawatan dengan cara :
ü  Menyelimuti dengan karung basah
ü  Menggenangi permukaan dengan air
ü  Menyirami permukaan beton terus menerus
B.   Baja
1.      Pengertian Baja
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah (titanium), krom (chromium), nikel, vanadium, cobalt dan tungsten (wolfram). Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Ukuran kekerasan pada material baja dikenal sebagai hardness, di mana terdapat dua jenis hardness, yakni hardness brinell dan hardness vickers.
2.      Sifat Baja
Baja mempunyai sejumlah sifat yang membuatnya menjadi baqhan bangunan yang sangat berharga. Beberapa sifat baja yang penting adalah: kekuatan, kelenturan, kealotan, kekerasan dan ketaqhan terhadap korosi.
Ø Kekuatan
Baja mempunyai daya tarik,lengkung, dan tekan yang sangat besar. Pada setiap partai baja, pabrikan baja menandai beberapa besar daya kekuatan baja itu. Pabrikan baja misalnya, memasukan satu partai baja batangan dan mencatumkan pada baja itu Fe 360. di sini Fe menunjukan bahwa partai itu menunjukkan daya kekuatan (minimum) tarikan atau daya tarik baja itu. Yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah gaya tarik N yang dapat dilakukan baja bergaris tengah 1 mm2 sebelum baja itu menjadi patah. Dalam hal ini daya tarik itu adalah 360 N/mm2. dahulu kita mencantumkan daya tarik baja itu Fe 37,  karena daya tariknya adalah 37 kgf/mm2. karna smengandung sedikit kadar karbon, maka semua jenis baja mempunyai daya tarik yang kuat. Oleh karna daya tarik baja yang kuat maka baja dapat menahan berbagai tegangan, seperti tegangan lentur.
Ø Kelenturan
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Apabila tegangan yang bekerja besarnya tidak melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan yang diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas kemampuannya, maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut akan tetap ada walaupun tegangan yang diberikan telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan dengan kata lain adalah kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima bebang yang menimbulkan deformas.
Ø Kekakuan
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan/beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal kekakuan ini lebih penting dari pada kekuatan.
Ø Kekerasan
Kekerasan adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal. Nilai kekerasan tersebut dihitung hanya pada tempat dilakukannya pengujian tersebut (lokal), sedangkan pada tempat lain bisa jadi kekerasan suatu material berbeda dengan tempat yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material adalah homogen dan belum diperlakupanaskan secara teoritik akan sama untuk tiap-tiap titik.
Metoda Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan sering sekali dilakukan karena mengetahui kekerasan suatu material maka (secara umum) juga dapat diketahui beberapa sifat mekanik lainnya, seperti kekuatan. Pada pengujian kekerasan dengan metoda penekanan, penekan kecil (identor) ditekankan pada permukaan bahan yang akan diuji dengan penekanan tertentu. Kedalaman atau hasil penekanan merupakan fungsi dari nilai kekerasan, makin lunak suatu bahan makin luas dan makin dalam akibat penekanan tersebut, dan makin rendah nilai kekerasannya.
3.      Korosi Baja
Karena beton bersifat alkali. Alkalinitas adalah kebalikan dari keasaman. Logam terkorosi pada kondisi asam; sehingga logam tersebut terlindungi dari korosi oleh alkalinitas. Hal ini merupakan kasus umum pada beton.
Saat dikatakan bahwa beton bersifat alkali artinya bahwa beton berisi pori-pori mikroskopis yang berisi kalsium, oksida sodium, oksida potassium dalam konsentrasi yang tinggi. Hal ini membetuk sebuah hidroksida saat bertemu dengan air, dimana hidroksida tersebut sangat alkali, dengan kondisi pH antara 12-13. Komposisi air pori dan pergerakan ion-ion dan gas-gas melalui pori-pori merupakan hal penting saat menganalisis kemungkinan korosi pada struktur beton bertulang.
Kondisi alkali akan mengantarkan pada sebuah keadaan pembentukan lapisan/lembaran pasif pada permukaan baja. Lapisan/lembaran pasif tersebut merupakan sebuah fim padat yang susah untuk ditembus, dimana sangat mudah dibentuk dan dikelola, menghalangi korosi lebih lanjut pada baja. Lapisan/lembaran yang terbentuk pada baja di beton kemungkinan merupakan bagian dari oksida logam atau hidroksida logam dan mineral bagian dari semen. Lapisan/lembaran pasif yang sebenarnya sangatlah padat, lembaran tipis oksida yang menyebabkan rerata oksidasi (korosi) yang sangat pelan. Terdapat banyak diskusi yang membahas apakah lapisan/lembaran pada beton merupakan lembaran/lapisan pasif sebagaimana yang terlihat tipis dibandingkan dengan lapisan-lapisan pasif lainnya dan lapisan pasif tersebut berisi lebih daripada hanya sekedar oksida metal ataukah lapisan/lembaran tersebut berperilaku seperti lapisan/lembaran pasif sehingga ia disebut demikian.
Ahli dan ilmuwan korosi telah menghabiskan banyak waktunya mencoba untuk menemukan cara-cara untuk menghentikan korosi baja dengan menggunakan lapisan-lapisan pelindung. Logam-logam yang lain seperti zinc, polimer seperti akrilik atau epoksi digunakan untuk menghentikan kondisi korosif mencapai permukaan baja. Lapisan/lembaran pasif merupakan lapisan impian ahli korosi karena hal tersebut terbentuk dengan sendirinya dan akan mempertahankan dan memperbaiki dirinya sendiri sejauh lingkungan pasif (alkali) ada untuk meregenerasi bila terjadi kerusakan. Apabila lingkungan pasif dapat dipertahankan hal tersebut jauh lebih baik daripada lapisan buatan lainnya seperti galvanisasi atau fusion bonded epoxy yang dapat rusak, menyebabkan korosi terjadi pada daerah-daerah yang rusak.
Namun, lingkungan pasif tidak selalu dapat dipertahankan. Dua buah kondisi dapat menghancurkan lingkungan pasif pada beton tanpa menyerang beton lebih dahulu. Pertama adalah karbonasi dan yang kedua adalah klorida.
·         Proses Korosi
Sekali lapisan/lembaran pasif hancur, maka daerah/wilayah korosi kemudian akan mulai muncul pada permukaan baja. Reaksi-reaksi kimia korosinya muncul  entah karena serangan klorida ataupun karena karbonasi. Saat baja pada beton terkorosi, maka baja tersebut larut ke dalam air pori dan melepaskan elektron:
Reaksi anodik:                                 (1)
Dua buah elektron (2e-) yang dihasilkan pada reaksi anodik haruslah di konsumsi di tempat yang lain pada permukaan baja untuk memberikan kenetralan elektrik. Dengan kata lain kita tidak bisa mendapatkan sejumlah besar muatan elektrik pada satu tempat pada baja. Harus terdapat reaksi kimia lain yang mengkonsumsi elektron-elektron. Berikut ini adalah reaksi yang mengkonsumsi air dan oksigen:
Reaksi katodik:   (2)
Hal ini digambarkan pada gambar 1. Teramati bahwa dihasilkan ion-ion hidroksil pada reaksi katodik. Ion-ion ini meningkatkan alkalinitas lokal dan dengan demikian menguatkan lapisan/lembaran pasif, menangkal efek karbonasi dan ion-ion klorida pada katoda. Perlu dicatat bahwa air dan oksigen diperlukan pada katoda agar korosi muncul.
Gambar 1. Reaksi anodik, katodik, oksidasi dan hidrasi pada korosi baja tulangan
Reaksi anodik dan katodik merupakan langkah pertama pada proses pembentukan korosi. Namun, sebagian dari reaksi-reaksi tersebut merupakan hal yang kritis dalam rangka pemahaman korosi dan digunakan secara luas dalam setiap diskusi korosi dan pencegahan korosi baja pada beton.
Bila besi akan larut pada air pori (ion ferous Fe2+ pada persamaan di atas bersifat larut) kita tidak akan melihat retak dan hancurnya beton. Beberapa tahapan harus muncul agar korosi terbentuk. Hal ini dapat digambarkan dalam beberapa cara dan salah satunya diperlihatkan dimana ferrous hydroxide menjadi ferric hydroxide dan kemudian hydrated ferric oxide atau korosi:
{ ferrous hydroxide } (3)
{ ferric hydroxide } (4)
{ hydrated ferric oxide } (5)
Proses korosi lengkapnya digambarkan pada gambar 1. Oksida ferric yang tak terhidrasi (unhydrated ferric oxide) Fe2O3 memiliki volume sekitar dua kali volume baja yang tergantikan saat padat penuh. Saat ia terhidrasi dia membengkak lebih besar dan menjadi porus. Hal ini berarti bahwa volumenya meningkat pada lapisan antarmuka baja/beton enam hingga sepuluh kali lipat, sebagaimana diindikasikan pada gambar 2. Hal ini mengantarkan pada retak dan hancur seperti yang teramati sebagai sebuah konsekuensi korosi baja tulangan pada beton dan korosi merah/coklat yang rapuh dan mengeripik yang terlihat pada tulangan dan noda korosi yang terlihat di retak pada beton.
Gambar 2. Volume relatif besi dan oksidanya diambil dari Mansfield Corrosion, 1981 (5): 301-307
Beberapa faktor pada penjelasan yang diberikan pada bagian ini penting dan akan digunakan nantinya untuk menjelaskan bagaimana mengukur dan menghentikan korosi. Aliran arus elektrik dan pengembangan dan konsumsi elektron pada reaksi anoda dan katoda digunakan pada pengukuran potensial half-cell dan proteksi katodik. Pembentukan ion hidroksil alkali protektif digunakan pada proteksi katodik, pembuangan klorida elektrokimiawi dan re-alkalisasi. Fakta bahwa reaksi anodik dan katodik harus seimbang satu sama lain agar proses korosi dapat berjalan digunakan dalam proteksi pelapisan epoksi batang tulangan.

Penyusunan Baja
Banyak kita jumpai berbagai bangunan dan jembatan yang menggunakan baja sebagai struktur utamanya. Contohnya, jembatan kereta api dan jembatan jalan raya yang melintasi sungai yang cukup lebar. Kemudian ada bangunan pabrik maupun gudang yang besar. Jembatan terpanjang di Indonesia saat ini, yakni Jembatan Suramadu, juga menggunakan kabel baja sebagai strukturnya. Sebenarnya, apa sih struktur baja itu? Apakah dia memiliki keunggulan dibanding beton?
Ada 3 jenis struktur baja yang sering diterapkan sebagai struktur bangunan:
Ø zipe Rangka atau frame structure
Dengan menyusun batang baja dengan bentuk struktur tertentu, batang baja mampu memperkuat satu sama lain. Hal ini banyak diterapkan pada struktur atap, bangunan pabrik, pergudangan, jembatan serta tower BTS (Base Transceiver Station) operator seluler. Yang populer di dunia, adalah Menara Eiffel, yang sebagian besar menggunakan batang-batang baja yang disusun secara struktural hingga bisa berdiri megah hingga kini.
Ø Tipe cangkang atau shell-type structure
Struktur baja tipe cangkang diterapkan pada bangunan stadion, gelora, maupun bangunan lain yang membutuhkan kubah / dome diatasnya. Salah satu contoh adalah struktur atap pada Sapporo Dome, salah satu stadion yang dipakai dalam Piala Dunia 2002.
Ø Tipe suspensi atau suspension-type structure
Suspensi bisa juga disebut tarikan. Baja pada sistem struktur ini menahan beban dengan kekuatan tarikannya. Contohnya, biasa dimanfaatkan sebagai kabel baja pada jembatan.
Baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi, jauh lebih tinggi dibanding beton. Bila diberi gaya tarikan terus menerus hingga melewati batas elastisitasnya, baja akan mengalami regangan yang cukup besar sebelum benar-benar runtuh.
Artinya, gedung berstruktur baja, saat mengalami stress yang hebat -semisal gempa bumi- tidak akan langsung rubuh. Biasanya akan meregang dulu (miring), baru kemudian bila gaya sudah melebihi batas kritis, baru bangunan tersebut akan patah / runtuh. Sama halnya pada struktur jembatan. Hal ini memberi kesempatan bagi penghuni gedung untuk menyelamatkan diri.
Beda dengan beton biasa yang akan langsung runtuh bila gaya melebihi batas kritisnya.
Baja sering digunakan sebagai struktur utama bangunan karena memiliki beberapa keunggulan:
Ø Mempunyai kekuatan yang tinggi meski berukuran lebih ringkas daripada beton. Sehingga dapat mengurangi ukuran struktur, serta mengurangi beban sendiri struktur. Baja sangat cocok diterapkan pada struktur jembatan. Beton jauh lebih berat dibandingkan baja.
Ø Homogenitas tinggi. Baja bersifat homogen, sehingga kekuatannya merata. Beda dengan beton yang merupakan campuran dari beberapa material penyusun, tidak mudah mengatur agar kerikil dan pasir bisa merata ke semua bagian beton.
Ø Keawetan tinggi. Baja akan tahan lama bila perawatan yang dilakukan terhadapnya sangat baik. Misalnya, rutin mengecat permukaan baja agar terhindar dari korosi.
Ø Bersifat elastis. Baja berperilaku elastis sampai tingkat tegangan yang cukup tinggi. Baja akan kembali ke bentuk semula asalkan gaya yang terjadi tidak melebihi batas elastisitas baja.
Ø Daktilitas baja cukup tinggi. Selain mampu menahan tegangan tarik yang cukup tinggi, baja juga akan mengalami regangan tarik yang cukup besar sebelum runtuh. Seperti yang saya jelaskan diatas.
Ø Kemudahan pemasangan dan pengerjaan. Penampang baja bisa dibentuk sesuai yang dibutuhkan. Penyambungan antar elemen pada struktur baja juga mudah, hanya tinggal memasangkan baut atau bisa menggunakan las, sehingga akan mempercepat kegiatan proyek.
Meski demikian, baja juga memiliki kelemahan sebagai struktur:
Ø Pemeliharaan rutin. Baja membutuhkan pemeliharaan khusus agar mutunya tidak berkurang. Konstruksi baja yang berhubungan langsung dengan udara atau air harus dicat secara periodik.
Ø Baja akan mengalami penurunan mutu secara drastis bahkan kerusakan langsung karena temperatur tinggi. Misalnya saat terjadi kebakaran.
Ø Baja memiliki kelemahan tekuk pada penampang langsing.
Sekarang ini, banyak juga yang memanfaatkan baja ringan sebagai sistem rangka atap. Selain murah, ringan, dan pengerjaannya mudah, baja juga lebih awet.
Baja sudah banyak menggantikan peran kayu dalam konstruksi. Jaman kayu sebagai atap mungkin sudah hampir punah. Mengingat hutan-hutan di seluruh Indonesia sudah dibabat habis oleh para penebang kayu. Bisa-bisa hutan kita akan gundul semua bila kita terus menggunakan kayu sebagai bahan bangunan.


0 komentar:

Posting Komentar